Nama Pangsuma merupakan nama besar di Kabupaten Sanggau,
menjadi sebuah goresan sejarah karena Pangsuma merupakan tokoh pahlawan.
Meski demikian, nama ini ternyata terdengar asing di telinga masyarakat
Kabupaten Sanggau, padahal Pangsuma cukup tenar dan terkenal di Kota
Pontianak.
Kegigihan seorang Pang Suma
melawan tentara Jepang pada tahun 1945 telah membakar semangat
masyarakat Kalbar yang lain ketika itu untuk mengusir penjajahan Jepang.
Informasi
kematian salah satu pejuang Kalbar dan Panglima Perang ini, tidak
menyurutkan para anggota Perang Majang (pasukan pimpinan Pang Suma) saat
itu untuk melanjutkan perjuangan.
Mereka justru bergelora
untuk mengusir Jepang dari Bumi Kalimantan Barat. Seperti di Ngabang
yang dipimpin Panglima Batu, di Sanggau oleh Panglima Burung serta di
Ketapang oleh Panglima Banjing dan Pang Layang.
"Mereka
lakukan agar Jepang mengakhiri kekejamannya dan pergi dari Kalbar,"
tutur Peneliti Sejarah pada Balai Penelitian Sejarah dan Nilai
Tradisional (BPSNT) Kalbar, Dra. Juniar Purba.
Pang Suma
adalah tokoh pejuang dari suku Dayak yang tinggal di Dusun Nek Bindang
di tepian Sungai Kapuas Desa Baru Lombak Kecamatan Meliau Kabupaten
Sanggau.
Anak ke-3 dari 6 bersaudara ini
memiliki nama asli Bendera bin Dulung. Namun ada pula yang menyebutnya
Menera. Arti nama Pang Suma sendiri adalah Bapak si Suma. Panggilan
dengan mengguakan Pang merupakan satu kebiasaan penduduk setempat
memanggil nama orang tua dengan menyebut nama anaknya yag paling besar.
Ini dikarenakan agar lebih sopan daan hormat dari pada menyebut nama
langsung orang tersebut.
Menjelang akhir
hayatnya, ia telah mendapatkan pertanda buruk. Ujung Nyabur (pedang)
yang dimilikinya patah, sebelum ia menyerbu markas Jepang di Kantor
Gunco (Camat) Meliau pada 17 Juli 1945.
Pertanda itu pun
menjadi kenyataan. Sebuah peluru menembus pahanya yang konon merupakan
rahasia kekuatan dari Panglima Perang ini. Namun, disaat menahan
kesakitan itu, ia sempat berpesan kepada rekan seperjuangannya yang
membopongnya dari lokasi perang.
"Tinggal aja aku disito uda
nada aku to idop lagi, pogilah kita, maju terus berjuang," pesan Pang
Suma dalam bahasa Dayak seperti yang dikutip dari "Pangsuma Riwayat
Hidup dan Pengabdiannya" yang artinya tinggalkan saja saya di sini saya
tidak bisa hidup lagi pergilah kamu maju terus berjuang.
Perjuangannya
adalah pengorbanan yang patut dijadikan berikan apresiasi bagi
masyarakat Kalbar dan pemerintah meskipun dia dan keluarganya tidak
mengharapkan imbalan apapun.
Namun, bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai jasa dan pengorbanan pahlawannya. Sehingga
tentunya patut diberikan. Dan generasi mendatang wajib mencontoh dan
mengambil hikmah yang telah dikorbankan Pang Suma dalam membela bangsa
dan tanah air.
Artikel ini dimuat sementara di Blog/Web ini, akan dihapus kemudian hari apabila artikel untuk Kategori yang sama sudah terpenuhi. Salam
Nadak ade orang meliau ngomong macam nyan....
BalasHapus