Latest Post

Suku Dayak Mali

Written By Unknown on Minggu, 03 Maret 2013 | 12:36:00 AM

Suku Dayak Mali, adalah sebutan untuk salah satu suku dayak yang bermukim di kecamatan Balai-Batang Tarang dan sebagian kecil di kecamatan Tayan Hilir kabupaten Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Masyarakat suku Dayak Mali tersebar di 14 kampung di wilayah kecamatan Balai-Batang Tarang dan juga di 7 kampung yang berada di wilayah kecamatan Tayan Hilir. Populasi suku Dayak Mali diperkirakan sebesar 6.963 orang.
Perkampungan di wilayah kecamatan Balai-Batang Tarang, terdiri dari kampung Temiang Mali, Mak Kawing, Tamang, Segalang, Pelipit, Semunsur, Sei Boro’, Munggu’ Mayang, Titi Benia, Sebual, Kelinsai,Munggu’ Lumut, Sei Pantutn, dan Tibung. Sementara itu, di kecamatan Tayan Hilir, terdiri dari kampung Stengko, Kelempu’, Sei Jaman, Meranti, dan Jelimo’.
Suku Dayak Mali

Di luar kabupaten Sanggau, orang Dayak Mali juga terdapat di Binua Angan kabupaten Landak, di Ambawang kabupaten Pontianak dan juga di hilir sungai Kualatn kecamatan Balai Berkuak kabupaten Ketapang yang hidup pada wilayah hunian Setontong Membawang dan Setontong Kelabit.
Asal-usul suku Dayak Mali, merupakan migrasi dan kehadiran suku Dayak Mali ada di Batang Tarang kabupaten Sanggau. Penyebaran suku ini diperkirakan terjadi pada tahun 1920. Dari Batang Tarang mereka menggunakan perahu melalui sungai-sungai melakukan perjalanan hingga menyebar ke tempat-tempat hunian mereka sekarang ini. Awalnya migrasi suku Dayak Mali ini untuk mencari tempat dan lahan baru guna membuka lahan pemukiman untuk berladang. Diperkirakan ini terjadi atas dorongan sebuah misionaris di kabupaten Sanggau.

Pada awal kehadiran mereka di tempat mereka sekarang ini, disambut secara adat oleh masyarakat suku Dayak Kualatn yang terlebih dahulu bermukim di wilayah ini. Suku Dayak Kualatn, menyepakati bahwa mereka diperbolehkan mendapat tanah dan membuka lahan untuk perladangan. Tetapi suku Dayak Mali harus mengikuti adat istiadat (hukum adat) suku Dayak Kualatn. Walau begitu, suku Dayak Mali tetap dapat memelihara budaya asli mereka, hanya saja hukum adat yang berlaku di tengah masyarakat mereka harus mengikuti hukum adat Dayak Kualatn.

Bahasa Mali berbeda dengan bahasa Dayak Kualatn yang mayoritas di wilayah ini, sehingga kebanyakan masyarakat suku Dayak Mali fasih menuturkan bahasa Dayak Kualatn. Oleh karena itu dalam berkomunikasi dengan suku Dayak Kualatn, kebanyakan masyarakat suku Dayak Mali akan menggunakan bahasa Dayak Kualatn. Bahasa Dayak Mali merupakan bahasa yang khas di antara beberapa hunian kelompok suku dayak di sungai Kualatn (Kualatn Hilir).

Secara kelompok suku, suku Dayak Mali dikelompokkan ke dalam rumpun Dayak Klemantan atau Dayak Darat.
Suku Dayak Mali terbagi dalam beberapa sub-suku:
  • Dayak Mali (bahasa utama/Induk), meliputi kecamatan Balai, Sanggau sampai perbatasan Kecamatan Tayan Hilir, Sanggau. sebagian daerah Simpang Hulu, Ketapang. Dialek: Bahasa Mali, Beruak, Keneles, Tae
  • Dayak Mali Peruan, meliputi daerah Sosok, kecamatan Tayan Hulu, Sanggau. Sebagian ada di kabupaten Landak. Dialek: Bahasa Peruan
  • Dayak Mali Taba, sebagian/sepanjang daerah di kecamatan Balai, Sanggau sampai ke Tayan Hulu. Dialek: Bahasa Taba/Keneles
  • Dayak Mali Keneles, sebagian kecamatan Balai, Sanggau; sebagian kecamatan Tayan Hilir, Sanggau; sebagian kecamatan Meliau, Sanggau; sebagian kecamatan Toba, Sanggau, Teraju. Dialek: Bahasa Keneles
Suku Dayak Mali sebagian besar menganut Kristen Katolik dan sebagian lain Kristen Protestan. Dari penuturan beberapa orang Dayak Mali, bahwa segelintir orang Dayak Mali masih mempraktekkan agama asli suku dayak yang animisme dan dinamisme. Namun secara umum mengaku dirinya beragama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Beberapa orang Dayak Mali juga ada yang memeluk Islam, tetapi dikarenakan terjadi kawin mawin dengan suku Melayu. Sehingga orang Dayak Mali yang telah memeluk Islam, biasanya tidak mau mengaku sebagai orang dayak lagi, tetapi telah menjadi melayu.

Beberapa tradisi dalam suku Dayak Mali, adalah;

  • Ngayau, (tradisi memenggal kepala musuh), tradisi ini sudah ditinggalkan oleh masyarakat suku Dayak Mali, karena tidak sesuai dengan ajaran agama manapun, dan terlalu sadis.
  • Ganjor'ro/Gawai, adalah pesta adat selepas panen atau pesta bersyukur setelah panen padi.
  • Noton'gh, adalah upacara untuk memberi makan kepada kepala nenek moyang. upacara ini masih terpelihara dengan baik dikampung-kampung tertentu yang memiliki/menyimpan kepala manusia zaman dulu.
  • Belien'gh (Balian), adalah orang yang bekerja pada upacara adat dayak yang bertugas untuk berurusan dengan Dunia Atas dan Dunia Bawah dari para roh manusia yang telah meninggal. Balian juga dapat bertugas memanggil Jubata sebagai Juru Damai dalam suatu peristiwa yang menjadi topik pada suatu upacara adat, tugas ini seperti yang dilakukan oleh tukang tawar dalam upacara adat tersebut.
  • Ngangkong,
  • Bepamang,
  • Bebayer (Mulang Niat),
  • Berancak, adalah upacara untuk membersihkan kampung dari segala macam perbuatan jahat. berancak biasanya dilaksanakan selama 7 hari.
Masyarakat suku Dayak Mali hidup dalam bidang pertanian. Mereka telah menjalankan tradisi berladang yang merupakan suatu tradisi yang sudah lama ada sejak masa nenek moyang mereka. Pada zaman dahulu nenek moyang suku Dayak Mali adalah nomaden, yang melaksanakan perladangan berpindah. Waktu membuka ladang baru, harus mengadakan perjanjian dengan alam semesta terutama kepada Sisil (penunggu tanah dan ladang). Dahulu mereka percaya bahwa manusia harus memberi makan dan membuat perjanjian agar Sisil tersebut mau pindah ke tempat yang lain. Kalau tidak maka penunggu tanah dan ladang, bisa marah dan mengutuk manusia yang membuka ladang itu.

 
Artikel ini dimuat sementara di Blog/Web ini, akan dihapus kemudian hari apabila artikel untuk Kategori yang sama sudah terpenuhi. Salam

Peta Kecamatan Tayan Hulu

Tayan Kite. Berikut ini adalah Peta Kecamatan Tayan Hulu :
 
Sumber : http://setda.sanggau.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55&Itemid=98

Kawasan wisata alam Gunung Tiong Kandang

Gunung Tiong Kandang
Kawasan wisata alam Gunung Tiong Kandang kita dapat menyaksikan Air Terjun Kajang dan Air Terjun Nosok. Air terjun Kajang memiliki tiga tingkatan terletak di sebelah utara Dusun Mangkit. Air terjun ini digunakan masyarakat sebagai irigasi pertanian dan sumber air minum. Sebelah selatan pemukiman Dusun Mangkit terdapat pula air terjun oleh masyarakat disebut Riam Nosok dengan ketinggian enam meter.

Jika kita mendaki ke puncak Gunung Tiong Kandang melalui Dusun Mangkit akan beristirahat di tengah-tengah gunung Tiong Kandang (pedagi) untuk memulai pendakian ke puncak gunung kita akan melewati sebuah batu dengan ketinggian 160 cm. Batuan ini berbentuk pintu masuk. Batu pintu masuk ini berbentuk lorong yang selalu digunakan masyarakat untuk menuju puncak gunung. Sedangkan dikiri kanan batu terdapat jurang yang sangat dalam.

Keunikan lain Kawasan Wisata Gunung Tiong Kandang adalah Batu Kulintang dan Batu Pengasih. Disebut Batu Kulintang karena keberadaan batu ini sejak dahulu sampai saat ini bersusun berderet seperti susunan kulintang.

Sedangkan Batu Pengasih merupakan batu yang terletak di puncak gunung Tiong Kandang. Dari batu pengasih ini pula kita dapat memandang keindahan alam yang ada disekitar gunung.

Gunung Tiong Kandang juga merupakan penyuplai buah durian terbesar dari Kecamatan Balai Batang Tarang. Buah durian dari gunung ini dijual kepada pembeli yang sudah menunggu atau buah durian ini diolah menjadi lempok durian oleh sebagian masyarakat di Batang Tarang. Lempoknya terkenal menjadi lempok dari durian Batang Tarang.

Menurut legenda Gunung Tiong Kandang berasal dari seekor Burung Tiong yang berada dalam kandang (sangkar) kemudian tersangkut di atas tunggul kayu. Burung Tiong ini mengumpulkan sampah-sampah dari berbagai jenis sampah-sampah yang berada disekitarnya. Lama kelamaan tumpukan sampah menjadi tumpukan yang meninggi dan membesar menjadi sebuah gunung. Gunung tersebut akhirnya diberi nama Gunung Tiong Kandang

Konon, Mangkit Tiong Kandang adalah sebuah desa tidak kasat mata yang penduduknya disebut BUNYI, yaitu hantu wanita berparas cantik rupawan. Suatu ketika didalam mimpinya seorang pemuda mendapat pesan untuk pergi ke hutan dan memanjat sebuah pohon pinang dengan telanjang agar dapat menemukan desa itu. Lalu, si pemuda menetap dan menikah dengan salah satu "BUNYI "di sana.

Karena rindu dengan kampung atau desa asalnya, si pemuda diijinkan pulang dengan syarat di larang membawa anjing saat ia kembali ke desa Mangkit Tiong Kandang. Namun si pemuda melanggarnya, sehingga terjadilah keributan setelah penduduk desa itu mendengar suara anjing yang di sembunyikannya didalam tikar. Kejadian itu merubah keadaan desa, yang kemudian dapat di temui dan berkembang menjadi desa biasa sampa saat ini.

 
Artikel ini dimuat sementara di Blog/Web ini, akan dihapus kemudian hari apabila artikel untuk Kategori yang sama sudah terpenuhi. Salam

Pang Suma, Panglima Perang dari Meliau

Nama Pangsuma merupakan nama besar di Kabupaten Sanggau, menjadi sebuah goresan sejarah karena Pangsuma merupakan tokoh pahlawan. Meski demikian, nama ini ternyata terdengar asing di telinga masyarakat Kabupaten Sanggau, padahal Pangsuma cukup tenar dan terkenal di Kota Pontianak.

Pangsuma (Ilustrasi)
Di Kota Pontianak sendiri, nama Pangsuma menjadi populer karena menjadi icon dan terpampang besar sebagai nama tempat atau gedung olah raga atau sering disebut GOR Pangsuma.

Kegigihan seorang Pang Suma melawan tentara Jepang pada tahun 1945 telah membakar semangat masyarakat Kalbar yang lain ketika itu untuk mengusir penjajahan Jepang.
Informasi kematian salah satu pejuang Kalbar dan Panglima Perang ini, tidak menyurutkan para anggota Perang Majang (pasukan pimpinan Pang Suma) saat itu untuk melanjutkan perjuangan.
Mereka justru bergelora untuk mengusir Jepang dari Bumi Kalimantan Barat. Seperti di Ngabang yang dipimpin Panglima Batu, di Sanggau oleh Panglima Burung serta di Ketapang oleh Panglima Banjing dan Pang Layang.

"Mereka lakukan agar Jepang mengakhiri kekejamannya dan pergi dari Kalbar," tutur Peneliti Sejarah pada Balai Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Kalbar, Dra. Juniar Purba.
Pang Suma adalah tokoh pejuang dari suku Dayak yang tinggal di Dusun Nek Bindang di tepian Sungai Kapuas Desa Baru Lombak Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau.

Anak ke-3 dari 6 bersaudara ini memiliki nama asli Bendera bin Dulung. Namun ada pula yang menyebutnya Menera. Arti nama Pang Suma sendiri adalah Bapak si Suma. Panggilan dengan mengguakan Pang merupakan satu kebiasaan penduduk setempat memanggil nama orang tua dengan menyebut nama anaknya yag paling besar. Ini dikarenakan agar lebih sopan daan hormat dari pada menyebut nama langsung orang tersebut.

Menjelang akhir hayatnya, ia telah mendapatkan pertanda buruk. Ujung Nyabur (pedang) yang dimilikinya patah, sebelum ia menyerbu markas Jepang di Kantor Gunco (Camat) Meliau pada 17 Juli 1945.
Pertanda itu pun menjadi kenyataan. Sebuah peluru menembus pahanya yang konon merupakan rahasia kekuatan dari Panglima Perang ini. Namun, disaat menahan kesakitan itu, ia sempat berpesan kepada rekan seperjuangannya yang membopongnya dari lokasi perang.
"Tinggal aja aku disito uda nada aku to idop lagi, pogilah kita, maju terus berjuang," pesan Pang Suma dalam bahasa Dayak seperti yang dikutip dari "Pangsuma Riwayat Hidup dan Pengabdiannya" yang artinya tinggalkan saja saya di sini saya tidak bisa hidup lagi pergilah kamu maju terus berjuang.

Perjuangannya adalah pengorbanan yang patut dijadikan berikan apresiasi bagi masyarakat Kalbar dan pemerintah meskipun dia dan keluarganya tidak mengharapkan imbalan apapun.
Namun, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan pengorbanan pahlawannya. Sehingga tentunya patut diberikan. Dan generasi mendatang wajib mencontoh dan mengambil hikmah yang telah dikorbankan Pang Suma dalam membela bangsa dan tanah air.

Full Copy dari : http://www.ceritadayak.com/2010/12/pang-suma-panglima-perang-dari-meliau.html

Artikel ini dimuat sementara di Blog/Web ini, akan dihapus kemudian hari apabila artikel untuk Kategori yang sama sudah terpenuhi. Salam

Toba Memprihatinkan

Written By Unknown on Sabtu, 02 Maret 2013 | 8:49:00 PM

Pembanguan infrastruktur di Kecamatan Toba masih jauh tertinggal dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Sanggau.
Peta Wilayah Kec. Toba
Saat ini baru sebagian dari beberapa Desa di Kecamatan Toba yang sudah menikmati akses infrastruktur jalan, dan itupun berupa jalan tanah yang di gusur oleh perusahaan-perusahaan pertambangan dan perkebunan yang beroperasi diwilayah kecamatan Toba. Dengan dibukanya akses jalan ke berbagai desa di Kecamatan Toba tentunya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Hasil-hasil pertanian akan bisa diangkut ke kota. Barang-barang kebutuhan pokok mudah masuk ke kampung-kampung. 
 
Dengan mudahnya barang masuk tentu mempengaruhi harga barang kebutuhan pokok masyarakat, agar tidak akan setingi saat sekarang. Infrastruktur lainnya yang mendesak untuk diperhatikan diantaranya infrastruktur berupa listrik, yang saat ini Ibukota kecamatan Toba, yakni Teraju hanya menikmati listrik pada malam hari, karena pembangkit listrik yang ada saat ini masih berstatus Listrik Desa.


Kontributor :  

Natalius Abidin (@nataliuzone) Penulis adalah seorang Blogger dari pedalaman Kalimantan Barat, tepatnya Tayan Hilir, Pengicau di Timeline, Pecandu Social Media dan penyuka Masakan Ibu. Dapat dijumpai di Blog Pribadi :http://www.katanatalius.com/

Mess PT. WIKA Terbakar

Kebakaran : Ilustrasi : sosbud.kompasiana.com
Tayan Kite. Telah terjadi kebakaran pada hari Jumat (01/03/2013) sekitar pukul 19.00 wib di Dusun Piasak, Desa Pedalaman Kecamatan Tayan Hilir. Satu barak mess Mechanical PT. Wijaya Karya  berukuran 12X36 M dengan jumlah 18 kamar telah menjadi korban amukan si jago merah.


Menurut saksi, bapak Jainudin Vata, Kebakaran tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan hanya menimbulkan kerugian materil. Menurut keterangan saksi, api berasal dari kamar bagian belakang mess, dan  dugaan sementara disebabkan oleh konslet arus pendek listrik. Pemadaman pun dilakukan secara manual oleh para karyawan.

Kontributor : 


Dedek Juniardi (@dhedhex_jr)

Penulis adalah Bapak dari satu orang anak, dan suami dari satu orang Istri, pegamers, onliners, dan mendaulat dirinya ganteng. Bisa dijumpai di Facebook : https://www.facebook.com/dhe.dhex1

Meliau

Written By Unknown on Minggu, 24 Februari 2013 | 9:21:00 PM

Tayan Kite. Halaman Test Posting Untuk Kategori Meliau

Toba



Tayan Kite. Halaman Test Posting Untuk Kategori Toba

Toba


Tayan Kite. Halaman Test Posting Untuk Kategori Toba

Test Meliau


Tayan Kite. Halaman Test Posting Untuk Kategori Meliau

Meliau


Tayan Kite. Halaman Test Posting Untuk Kategori Meliau

Balai


Tayan Kite. Halaman Test Posting Untuk Kategori Balai


 
Support : Kata Natalius | Tayan Gallery | Mas Template
Copyright © 2013. Tayan Kite - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger